JellyPages.com

Minggu, 19 April 2015

PEMBAHASAN TENTANG KARYA TULIS NON ILMIAH



Karangan non ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).

Ciri-ciri Karangan Non Ilmiah
Adapun ciri-ciri karangan non ilmiah adalah sebagai berikut :
1.   Emotif, kemewahan dan perasaan lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan minim informasi.
2.      Bersifat persuasif.
3.      Deskriptif, pendapat pribadi, sebagian imaginatif dan subjektif.
4.      Penyajian dibarengi dengan sejarah.
5.      Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
6.      Gaya bahasa yang konotatif dan populer.
7.      Tidak memuat hipotesis.
8.      Situasi didramatisir.

Jenis-jenis karangan yang termasuk dalam kategori karangan non ilmiah
Secara umum, jenis-jenis karangan yang termasuk dalam karangan non ilmiah dapat dibedakan sebagai berikut :
1.      Dongeng
Merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik), dan juga menghibur.
2.      Cerpen
Karangan pendek yang berbentuk prosa.Dalam cerita pendek dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan dan mngandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
3.      Novel
Adalah karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek dan menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan menggunakan bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspek kehidupan manusia.
4.      Drama
Adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukkan oleh aktor.
5.      Roman
Adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.

Contoh Karya Tulis Non Ilmiah
Ibu, Aku Mencintaimu
 Cerpen Karangan: Fahrial Jauvan Tajwardhani
Lolos moderasi pada: 18 April 2015

“Kaulah ibuku cinta kasihku, terima kasihku takkan pernah terhenti, kau bagai matahari yang selalu bersinar, sinari hidupku dengan kehangatanmu.”

Aku tak sanggup lagi bersuara, lagu yang berjudul ‘Ibu’ benar-benar menghentikan nafasku. Jantungku berdebar setelah selesai menyanyikan lagu ini. Juri hanya tertunduk bisu tanpa kata. Ratusan penonton mengusap mata. Aku hanya tersenyum dengan linangan air mata menatap mereka.

Berdiri di hadapan ratusan orang, bermodalkan nama kecil dan tampang pas-pasan. Datang dari kalangan asing yang direndahkan, di mimpi pun aku tak pernah mendambakan kesempatan ini, karena terlalu tinggi inginku jika memimpikannya. Tapi, aku menciptakannya, menciptakan kesempatan yang ku perjuangkan sendiri dengan ambisi, hingga akhirnya aku berdiri di hadapan mereka. Di hadapan mereka yang dulu pernah menertawakanku, mencaci maki dan memandangku sebelah mata, karena profesiku sebagai seorang pengamen jalanan.

Atas izin Allah, aku membuktikan pada mereka yang memandang rendah orang sepertiku. Mata-mata itu lah yang menjadi bukti kekaguman mereka atas kelebihanku. Dari mata itu keluar air mata yang meyakinkanku bahwa hari ini aku ada, bahwa hari ini aku dilihat, bahwa hari ini aku menjadi bagian mereka yang dulu sempat mengasingkanku.

Aku kembali pada memori ingatan 3 tahun silam. Ibu membelai rambutku, menatapku iba, seraya berkata “Jika dunia ini tidak memberimu kesempatan untuk bernyanyi, atau ia tidak ingin mendengarmu bernyanyi. Maka ibu adalah satu-satunya orang yang siap mendengarmu, mendengar suara indahmu,” ujarnya lembut padaku.

Perlahan airmataku berlinang menatap wanita renta yang memangku ku penuh kehangatan. Matanya yang sendu, dan senyumnya yang layu. Kian menggetarkan jiwaku yang sedang pilu, karena tertusuk belati yang datang dari lidah mereka, orang-orang kota.

Kembali ibu membelai rambutku dengan penuh kemanjaan, seraya berkata “Bernyanyilah untuk dirimu dan biarkan orang lain memberikan penilaian. Nikmatilah setiap nada yang keluar dari mulutmu, karena ia adalah bagian dari hatimu. Sayangku, jangan takut orang lain tidak mendengarkanmu bernyanyi. Percayalah, karena ibu yang akan selalu mendengarkan suara indahmu.”

Kembali mataku berbinar, wanita renta ini adalah kebanggaanku, harga diriku. Melihatnya bersedih membuatku berambisi untuk mengejar mimpi, dan hatiku berjanji untuk membeli lidah-lidah yang telah mengasingkanku dalam kehidupan ini.

Akhirnya, pendengar terbaik yang pernah kumiliki meninggalkanku pergi, jauh sekali tanpa pernah kembali. Mimpiku musnah seiring masuknya jasad wanita renta itu ke dalam tanah. Semangat serta cita-citaku ikut tenggelam bersamanya. Yang tersisa hanyalah ambisi untuk tetap membanggakannya. Karena ia ingin melihatku berdiri di panggung besar dengan suara musik yang bervariasi dan penonton yang penuh apresiasi.

Kembali harus ku ulangi, dan yang tersisa hanyalah ambisi untuk tetap membanggakannya. Membeli setiap airmatanya yang jatuh karena pernah memendam kecewa padaku. Pada akhirnya, kebanggaan adalah pembayaran yang tepat untuk mengganti airmatanya.

Aku terhanyut dalam lamun masa lalu. Tak lama aku tersentak kaget, karena sorak sorai dan tepuk tangan yang meriah dari orang-orang yang berdiri berhadapan denganku. Aku hanya tersenyum dengan linangan air mata menatap mereka. Lalu memejamkan mata untuk melihatnya tersenyum di surga dan berkata “Ibu, aku mencintaimu.”

SUMBER :
http://cerpenmu.com/cerpen-sedih/ibu-aku-mencintaimu.html
https://www.academia.edu/8780962/Makalah_Karangan_Ilmiah_non_ilmiah_dan_ilmiah_populer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar