JellyPages.com

Sabtu, 27 April 2013

Artikel 3 Ilmu Budaya Dasar


Kantong Kebudayaan Yogyakarta Kian Bertambah
Hal ini menjadi salah satu perwujudan Yogyakarta sebagai daerah istimewa


Bisnis Angkutan Becak ternyata masih menjanjikan di Kota Yogyakarta. Murah, nyaman dan santai menjadi satu alasan kenapa angkutan ini masih jadi satu pilihan berwisata. (Syukron/Fotokita.net)
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kian memantapkan image-nya sebagai kota seni dan budaya. Setelah ditetapkan menjadi daerah istimewa pada Rabu (10/10) lalu, beberapa warga masyarakat berkomitmen untuk menjadikan Provinsi DIY sebagai kota yang kaya budaya.
Para akademisi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) membuka salah satu gedungnya yakni Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) sebagai ruang publik untuk berkesenian. Di sanalah semua warga DIY bisa menggunakannya untuk kepentingan kebudayaan seperti pameran budaya, seni pertunjukan, seni rupa, dan kegiatan seni lainnya.
Sementara itu, untuk memantapkan konsistensinya mendukung pelestarian budaya di DIY, pada tanggal 21-29 Oktober 2012 mendatang, UGM akan mengadakan Pekan Seni dan Budaya di Gedung PKKH tersebut. Ketua Panitia Pekan Seni dan Budaya, Faruk H.T mengatakan, acara budaya ini berguna untuk terus mengakomodasi kegiatan berkesenian para seniman di Yogyakarta.
“Bahkan, bagi para seniman ini biaya untuk menggunakan gedung tersebut bisa bersifat gratis, asal kepentingannya memang benar-benar untuk memajukan kebudayaan,” paparnya, Rabu (17/10), di Yogyakarta.  
Sekretaris Panitia Aprinus Salam menambahkan, Pekan Seni Budaya bertajuk "UGM untuk Jogja " akan menampilkan serangkaian acara seperti geguritan dan macapat, drama musikal, keroncong kreatif, gamelan kontemporer, wayang populer, acapela Mataraman, serta monolog.
Seniman ternama, Sawung Jabo mengatakan, DIY perlu meningkatkan ruang publik bagi seniman untuk bisa terus berkreativitas. Ruang publik ini sangat penting agar seluruh warga Yogyakarta bisa ikut berpartisipasi untuk mengembangkan kebudayaan.
“Hingga sekarang ruang publik bagi seniman masih minim. Untungnya mereka bisa berkreasi lewat sanggar-sanggar di kampung-kampung. Kendati demikian, ruang publik tersebut perlu ditingkatkan, lebih lagi DIY makin memantapkan menjadi daerah istimewa,” paparnya.
(Olivia Lewi Pramesti)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar