JellyPages.com

Sabtu, 27 April 2013

Artikel 2 Ilmu Budaya Dasar


Kebudayaan Jawa yang Semakin Terkikis Zaman



Penduduk Jawa dikenal sebagai suku bangsa yang memiliki tradisi yang luar biasa. Banyak budaya-budaya yang sarat akan nilai-nilai kehidupan diajarkan secara turun menurun. Kebudayaan Jawa kita peroleh dari akulturasi budaya sejak berabad-abad silam. Percampuran budaya ini menghasilkan suatu tradisi turun menurun yang penuh nilai moral dan memiliki nilai luhur. Kebanyakan mempercayai tradisi itu sebagai nilai magis yang tidak boleh ditinggalkan. Namun ada pula yang menganggapnya sebuahartefak kuno yang sepantasnya dimuseumkan.

Kita kini hidup di era globalisasi. Informasi dan teknologi dengan mudahnya menjelajah masuk ke tanah sarat budaya ini. Diantaranya memberikan kita kemajuan dan modernisasi, namun banyak diantaranya juga memberikan dampak yang negatif bagi kita. Dengan mudahnya kita melupakan tradisi dan lebih merasa bangga dengan meniru budaya asing.

Kepercayaan yang masih masih turun temurun sampai saat ini adalah Kejawen. Kepercayaan ini meskipun sudah banyak ditinggalkan, namun nyatanya masih memiliki keterkaitan dengan kebudayaan masyarakat yang melekat sampai saat ini. Olah karena itu kepercayaan Kejawen ini bisa dikatakan menjadi tradisi yang mulai berakulturasi dengan nilai-nilai di masyarakat. Meskipun masyarakat tidak menganut kepercayaan Kejawen ini, nyatanya mereka masih menjalankan tradisi-tradisi yang diajarkan Kejawen seperti nyadran, mitoni, tedhak siti, dll

Kejawen atau disebut kejawaan dalam bahasa Indonesia adalah sebutan deskriptif bagi elemen kebudayaan Jawa yang dianggap Jawa secara hakiki dan hal itu dapat dikategorikan suatu hal yang unik (Mulder, 2001: 8). Kejawen merupakan sebuah sistem pemikiran yang meliputi kosmologi, mitologi, seperangkat konsep yang mistis, dan hal-hal yang serupa itu. Tradisi turun menurun ini secara tidak sadar telah mendasari pemikiran-pemikiran masyarakat, baik etika, adat istiadat, gaya hidup, dan perilaku sehari-hari. Dan akhirnya pemikiran-pemikiran ini memberikan pemaknaan dan sekumpulan pengetahuan yang digunakan untuk menafsirkan kehidupan sehingga dapat berjalan bagaimana seharusnya. Pada awalnya kepercayaan kejawen ini tidak diberi penamaan yang pasti. Namun karena ajaran ini banyak berkembang di Jawa, maka tidak mengherankan jika kita banyak menyebut ajaran ini Kejawen.

Sejak berkembangnya kemajuan teknologi dan informasi di Indonesia mengakibatkan begitu cepatnya arus kebudayaan yang masuk ke Indonesia. Banyak juga kebudayaan asing yang mulai berdatangan di tanah Jawa. Baik lewat tayangan televisi, internet dan lain-lain. Ada yang baik karena mengajarakan modernisasi yang lebih rasional dan masuk akal. Namun ada pula yang mengajarkan sesuatu yang kita anggap tabu di masa lalu namun kita semakin menikmatinya sebagai gaya hidup modern. Kita seolah terbuai dengan kebebasan yang ditawarkan kebudayaan luar. Mungkin masyarakat tidak mau dikekang lagi oleh budaya yang selalu menonjolkan aspek nilai-nilai yang luhur. Harus diakui, semakin dikekang seseorang, maka semakin keras usaha seseorang untuk keluar dari kekangan itu. Mugkin inilah yang sedang dilakukan generasi muda saat ini.

Pergeseran nilai-nilai budaya sudah dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Jawa yang halus dan punya nilai filisofis tinggi misalnya, kini mulai ditinggalkan masyarakat. Kebanyakan orang tua lebih senang memasukkan anak mereka ke dalam lembaga pendidikan bahasa Inggris daripada bahasa Jawa. Bahasa Jawa dianggap kuno. Sedangkan Bahasa Inggris lebih fleksibel dan dapat digunakan dimana saja. Bayangkan jika tak ada lagi yang mau belajar bahasa Jawa, tinggal menunggu waktu saja  kita akan melupakan bahasa Jawa. Untuk itu seharusnya kita melestarikan bahasa Jawa agar tidak hilang ditelan zaman.

Pada masa kini memang tradisi yang diajarkan oleh Kejawen ini masih banyak dilestarikan. Masyarakat masih melakukan wetonan, nyadran, bersih desa, dan masih banyak lagi. Namun sayangnya mereka telah kehilangan makna filosofis yang dulu diajarkan. Sebagian besar masyarakat memang masih melakukan wetonan dannyadran, namun mereka telah menganggapnya sebagai kebiasaan semata. Ketika diminta menjelaskan asal usul tradisi itu, beliau hanya mengatakan bahwa wetonan adalah bentuk rasa syukur telah diberi panjang umur. Ketika nyadran pun ia menganggapnya sebagai sarana memohonkan ampun orang yang telah mati.

Dibalik ceritanya yang panjang, tradisi Jawa ini memiliki fungsi sebagai arahan untuk mengetahui mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik dilakukan. Sebagai sebuah kepercayaan yang berkembang di masyarakat kala itu, norma dibentuk untuk membatasi tingkah laku manusia agar berperilaku positif dan menjauhi segala hal yang bisa merugikan masing-masing individu. Mungkin karena saat ini sudah tidak bisa kita lihat batasan antara kepercayaan dan tradisi, manusia mulai meninggalkan tradisi yang dianggap kuno dan sekedar mematuhi norma-norma dari lingkungannya saja tanpa memahami filosofinya.

Jika terus seperti ini bukan tidak mungkin kita akan kehilangan kebudayaan dan tradisi Jawa. Budaya yang telah lama melekat pada kepercayaan ini bisa saja punah kelak. Generasi muda yang kini lebih berfikir realistis dan tidak percaya kepada hal-hal yang mistis dan lebih senang pada gaya hidup modern. Akan lebih baik jika kita memahami segala budaya yang diwariskan nenek moyang kita, agar dapat menyaring kebudayaan asing yang semakin menjarah perilaku kita. Boleh kita mengadopsi budaya dari luar negeri, namun hendaknya yang sesuai dengan karakteristik budaya bangsa kita. Karena dengan dasar budaya Indonesia yang luhur dan bernilai tinggi kita bisa menjadi bangsa yang modern namun santun dan berbudaya. Dan tentunya masih berpegang teguh kepada kepercayaan yang kita anut.

Masih banyak nilai-nilai yang dapat kita ambil dari warisan budaya nenek moyang kita. Sayangnya banyak yang telah mengabaikannya dan tidak lagi peduli. Meskipun begitu kita harus tetap bangga menjadi suatu bagian dari bangsa Indonesia dengan berjuta tradisi yang bernilai tinggi. Kita hendaknya selalu melestarikan budaya luhur yang diwariskan nenek moyang kita. Daripada kita meniru budaya asing yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa, alangkah baiknya kalau kita berpegang pada warisan budaya Indonesia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar