JellyPages.com

Kamis, 29 Januari 2015

PRO KONTRA PEMBATASAN HARGA TIKET PESAWAT MURAH


Pembatasan tarif tiket murah pesawat yang diberlakukan 30 Desember 2014 menuai pro dan kontra. Banyak yang mempertanyakan, apa hubungannya tiket murah dan keselamatan?
Bagi pemerintah, dua faktor itu berhubungan. "Kami ingin sektor penerbangan sehat, bukan murah. Jika murah, mungkin ada banyak hal yang tidak dilakukan," kata Menteri Perhubungan Ignasius Jonan kepada para wartawan.
Batas bawah harga tiket pesawat kelas ekonomi naik menjadi minimal 40% dari tarif batas, sebelumnya ditetapkan 30% saja. Dengan kenaikan ini, pemerintah berharap keuntungan maskapai penerbangan akan naik sehingga uangnya bisa dipakai untuk peningkatan keselamatan.
Namun, tampaknya, banyak warga yang tidak sepaham dan menilai kebijakan ini salah kaprah. Dari laman Facebook BBC Indonesia, Riska Putu mengatakan pemerintah harusnya menjaga kedisiplinan semua maskapai untuk mengikuti aturan penerbangan sesuai standar.
"Jangan baru ada kasus, heboh usut sana sini, saling menyalahkan. Lebih baik dikontrol secara berkala dan ketat."

Keselamatan utama

Berbeda dengan pandangan pemerintah, Senior Manager Corporate Communications Sriwijaya Air, Agus Soedjono, berpendapat tidak ada hubungan antara keselamatan dan harga murah.
"Tidak mungkin maskapai mengorbankan keselamatan karena harga murah. Keselamatan itu hal yang tidak bisa ditoleransi dan ada kontrol berkala," katanya kepada BBC Indonesia.
Kebijakan ini menurutnya tidak akan terlalu berpengaruh pada maskapai Sriwijaya Air yang layanannnya termasuk kategori medium, berbeda dengan low cost carrierseperti Lion Air dan AirAsia Indonesia.
"Saya harap mereka juga tidak terlalu terpengaruh, karena kami berbeda hanya di layanan, kalau kami masih menyediakan snack, mereka tidak ada makanan sama sekali, konsepnya no frills."

Dipahami

Pengamat penerbangan Chappy Hakim mengatakan tiket murah memang tidak memiliki hubungan secara langsung dengan dengan faktor keselamatan penerbangan. "Akan tetapi keputusan Menhub menaikkan batas bawah, bisa dilihat sebagai bagian dari shock-therapy untuk menyikapi insiden AirAsia."
Chappy mengatakan harga murah memicu persaingan harga yang tidak sehat. Persaingan ini membuat jumlah traffic meningkat jauh melebihi fasiltas pelayanan penerbangan yang ada. Peningkatan traffic kemudian menyebabkan sejumlah pelanggaran peraturan, seperti pelanggaran izin misalnya.
"Yang harus dipahami oleh masyarakat luas, bahwa penerbangan itu memang mahal adanya. Benar, memang ada beberapa ongkos operasional yang bisa dipangkas, tapi kiranya tidaklah akan mungkin kemudian orang dapat menjual harga tiket yang sama atau bahkan lebih murah daripada kereta api dan bus. Sebagai strategi marketing pasti bisa saja dilakukan, akan tetapi tetap saja, akan besar pengaruhnya terhadap SOP penerbangan yang baku dan berstandar Internasional," jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar